Rabu, 29 April 2015

Aren Itu Hermaprodit!

Aren (arenga pinnata merr) termasuk tumbuhan berumah dua, atau hermaprodit alias banci, aka bencong.
Jadi, tidak ada istilah aren jantan atau aren betina, seperti beberapa tumbuhan lainnya.

Aren mula-mula tumbuh vegetatif, yakni tumbuh akar, batang dan daun.

Setelah ia merasa dirinya cukup dewasa, sekitar umur 7 tahun, maka aren akan mulai tumbuh generatif. Keluarlah tandan betina, berisi buah, yang biasa dibikin kolang-kaling. Keluarnya tandan betina itu dari celah pelepah paling atas.Lalu keluar tandan betina kedua, dari celah pelepah paling atas kedua. Begitulah seterusnya, makin lama makin ke bawah. Jumlah tandan buah betina ini antara 3-6 tandan dan tenggat waktunya cukup rapat.

Sejak keluarnya tandan betina pertama, aren berhenti total tumbuh vegetatif. Artinya, aren tidak bertambah tinggi lagi, juga tidak keluar daun baru lagi. Karenanya, jangan sembarangan memotong pelepah daun aren. Minimal 12 pelepah harus tersisa dalam satu pohon.

Setelah habis tandan betina, lalu keluarlah tandan jantan. Isinya adalah bunga, sebesar buah melinjo yang besar. Warnanya hijau ungu. Jika pecah akan mengeluarkan serbuk sari yang sangat banyak, berwarna kuning kunyit.

Tandan jantan inilah yang biasa disadap orang untuk diambil niranya. Nira aren lalu diolah menjadi gula aren, gula semut, gula meja cair, minuman segar dingin (jus nira), alkohol, ethanol atau pun methanol.

Membudidayakan aren tidak mengenal istilah gagal, karena setiap pohon aren pada waktunya akan mengeluarkan tandan betina dan tandan jantan.

Selasa, 28 April 2015

Keuntungan Menanam Aren



Pagi itu penulis datang ke rumah Bahtiar Sinaga, seorang penyadap aren. Namun Bang Naga belum pulang dari menyadap. Yang ada cuma istrinya. Sedang memasak nira di belakang rumah.

Penulis lalu 'mewawancarai' Kak Situm, pangilan akrab dari Tuminah, istri Bang Naga.

"Kak, berapa pokok yang disadap abang sekarang?", tanyaku.
"Banyak, ada sepuluh pokok", jawab Kak Situm sambil sesekali membenahi letak kayu bakar.
"Dari sepuluh pokok itu, dapatnya berapa kilo gula, Kak?", tanyaku lagi.
"Kadang dua belas kilo, kadang tiga belas kilo, lumayanlah", sahut Kak Situm sambil senyum.
"Abang jual gulanya berapa sekilo, Kak?", aku terus memberondong.
"Kalau sekarang delapan belas ribu, kalau bulan puasa bisa dua puluh ribu", polos saja Kak Situm menerangkan.

***

Aku lalu pulang. Mengeluarkan hape. Pakai fitur kalkulator.
Aku sudah menanam aren 320 pokok di kebunku yang luasnya tak sampai satu hektar. Meski baru sebulan lalu menanamnya, tapi aku berhak juga memperhitungkan berapa besar hasil yang akan kudapat, berdasarkan perbandingan dengan hasil wawancara barusan.

Hitung-hitungannya :
320 pokok x 50% (setengah dari jumlah pohon yang ada) x 1,2 kg x 18.000 x 50% (upah pekerja dan biaya beli kayu bakar) = rp.1.728.000 perhari.

1.728.000 x 365 hari x 5 tahun masa produksi = total rp.3.153.600.000 selama 13 tahun.  
3.153.600.000 : 13 tahun : 12 bulan = hasil bersih Rp.20.215.000 per bulan. 

Satu hektar (bahkan kurang)  kebun aren memberi penghasilan bagi penanamnya Rp.20.215.000 per bulan, terhitung sejak mulai menanam. Itu berarti sama dengan 20 kali lipat hasil bertanam sawit.  

Dua puluh juta per bulan?
Hemm, sudah bagus tuh!
Mau ikutan?
Yuk kita menanam aren!





Jumat, 24 April 2015

Budidaya Aren, Mengapa?



Penulis ada menanam aren sekitar 350 batang di lahan kebun belakang rumah sekitar sebulan lalu.
Penanaman pola tumpang sari, rencananya dengan pepaya, jeruk nipis dan cabe rawit.

Mengapa saya menanam aren?
Selain karena aren akan menghasilkan banyak uang, enam kali lipat dibandingkan hasil berkebun sawit, ini yang paling penting :

Jika bertanam tanaman lain, masa produksi pertama biasanya adalah masa mendapatkan hasil yang paling sedikit. Belajar berbuah, buah pasir, buah muda, itu istilahnya.

Beda dengan aren. Panen perdana adalah panen raya. Langsung dapat hasil paling banyak.

Dan, saat uang sudah di tangan, banyak hal bisa dilakukan.

Itulah hebatnya aren!