Rabu, 27 April 2016

Berapa jarak tanam aren yang terbaik?



 Kunci sederhana menentukan jarak tanam tumbuhan adalah dengan mengukur lebar bentangan tajuk daun dikurangi 10 persen. Selain itu, diperhitungkan juga sifat-sifat organ produksi tanaman. Karena itulah aren jadi berbeda dengan kelapa sawit dalam masalah jarak tanam.
Sebagai contoh, jika  sawit ditanam dengan jarak 4x4 meter, alamat ia tidak akan berbuah. Kalau pun berbuah maka buahnya akan kecil-kecil karena terjepit oleh pangkal pelepahnya yang tak bisa membuka.
Kalau aren ditanam dengan jarak serupa, maka aren tetap akan menghasilkan tandan sadap yang mengeluarkan nira. Mengapa? Karena meskipun tandan jantan aren itu keluarnya di celah pelepah juga, tapi bentuknya memanjang ke bawah hingga tidak akan terjepit pangkal pelepah. Berbeda dengan tandan buah sawit yang lengannya pendek dan buahnya berbentuk bulat besar.
Namun demikian, penanaman aren yang terlalu rapat juga tidaklah baik. Selain akan terjadi perebutan unsur hara tanah, yang lebih berpengaruh negatif adalah kurangnya intensitas cahaya matahari. Cahaya matahari yang minim akan mengganggu proses fotosintesa pada daun. Jika proses foto sintesa terganggu, maka pertumbuhan akan terganggu. Begitu juga dengan proses pengubahan karbohidrat menjadi gula saat aren disadap.
Ada satu hal lain yang harus diperhitungkan saat akan menentukan jarak tanam aren, yakni keberlanjutan produksi.
Sudah kita ketahui bersama bahwa aren memiliki masa panen yang terbatas. Titik tumbuh tandan jantannya yang makin lama makin ke bawah itu menyebabkan masa panen aren biasanya hanya sama panjang dengan masa tunggu produksi. Pada kasus tanaman yang tumbuh rapat, masa panen lebih singkat lagi. Ini disebabkan oleh karena: jika aren tumbuhnya rapat, maka biasanya jarak antar pelepahnya menjadi semakin jauh. Jika pelepahnya jarang, maka otomatis tandan sadapnya juga menjadi sedikit, karena tandan sadap keluar dari celah pelepah atau celah bekas pelepah.   
Untuik mengatasi lamanya masa tunggu produksi dan singkatnya masa panen, dapat dilakukan sistim penanaman di bawah tanaman. Ini biasa disebut dengan inter planting atau under planting.
Inter planting dimaksud adalah menanam tanaman baru sebelum tanaman pertama ditumbang. Di sebut inter planting jika penanam tanaman kedua dilakukan di dalam lorong tanaman lama. Dinamakan under planting jika penanaman kedua dilakukan di dalam barisan tanaman lama.
Untuk kelapa sawit, inter planting dilakukan tiga tahun sebelum penumbangan tanaman tua. Tetapi pada kebun kelapa sawit, inter planting ini jarang dilakukan oleh perusahaan besar. Sebabnya sudah saya tuliskan.
Untuk aren, inter planting sebaiknya dilakukan 6-7 tahun sebelum penumbangan tanaman tua. Dengan cara ini, maka masa tunggu panen kedua akan bisa dipangkas menjadi hanya 2-3  tahun saja. Patut dicatat, meski pada penanaman awal panen perdana adalah pada umur 7-8 tahun, panen kedua dan seterusnya akan terjadi pada umur 9-10 tahun. Bagaimanapun, tanaman inter planting tidak akan mampu tumbuh secepat tanaman yang tidak mengalami teduhan. Penambahan unsur hara sangat diperlukan untuk mencegah tanaman kedua menjadi kerdil.
Karena mengadopsi kepentingan untuk melakukan inter planting itu, maka kami menyarankan untuk menanam aren dengan jarak 5x6 meter bagi pemilik lahan di bawah satu hektar, dan jarak tanam  5x7 meter untuk pemilik lahan lebih dari satu hektar.
Sebenarnya, inter planting menjadi tak terlalu penting jika ada kemungkinan untuk melakukan ekstensifikasi (penambahan luas lahan). Jika tanaman aren satu hektar Anda sudah berproduksi selama 2 tahun, seharusnya sudah ada dana untuk membeli lahan baru.  Kita ketahui bahwa harga lahan kosong di seputaran Riau, Jambi dan Sumsel (saat ini) hanya sekitar 25-40 juta rupiah perhektarnya. Jika Anda sudah mengantongi uang setengah miliar rupiah, apa susahnya menyisihkan sepersepuluhnya untuk pengadaan kebun aren baru.
Jika ada kemungkinan untuk ekstensifikasi, silahkan tanam aren dengan jarak tanam 5x6 meter saja. Setelah panen dua tahun, beli lahan baru, mobil baru, dan anu baru.


Pengaruh Jarak Tanam Aren Terhadap Produksi Nira






Pengaruh Jarak Tanam Aren Terhadap Produksi Nira

Apa yang terjadi jika aren tumbuh dalam jarak yang lebih rapat?
Menurut hasil pengamatan di lapangan dan berdasarkan hasil tanya jawab dengan beberapa penyadap aren, dapat diambil kesimpulan sementara sebagai berikut :

1.Aren dapat tumbuh dengan baik meski jarak tumbuhnya rapat, semisal 2-3 meter.
3.Tinggi rendah batang aren tidak berhubungan dengan jarak tumbuh.
5.Tinggi rendah batang aren berhubungan dengan naungan. Jika ternaung sebahagian maka batang aren akan tinggi.Tetapi jika ternaung total, maka batang aren akan kecil dan pendek.  
7.Semakin rapat titik tumbuh aren, biasanya akan semakin :
 a. kecil diameter batang.
 c. renggang jarak antar pelepah.
 e. sedikit jumlah tandan sadap.
 g. kecil diameter tandan jantan dan pendek
 i. kecil sudut bukaan pelepah.
 k. kecil ukuran pelepah.
 m. sempit ukuran daun.
 o. pendek ukuran panjang daun.
9.Jarak tumbuh aren berhubungan dengan produksi nira. Semakin rapat maka biasanya akan semakin berkurang.

Demikian laporan hasil pengamatan kami hari ini.
Nantikan laporan kami selanjutnya, masih di jalur yang sama, KAI, yang makin manis makin sehat.




Rabu, 20 April 2016

Aren Kelapa, Kelainan Genetikanya Membuat Super!



Kelapa sawit (elaeis guineensis), kelapa (cocos nucifera) dan aren (arenga pinnata) masih berkerabat dekat. Termasuk dalam satu suku, yakni suku pinang-pinangan atau Arecaceae. Sebagian orang mengatakan sebagai suku palma.


Sebagian besar anggota suku palma ini adalah bersifat hemaprodit, atau berumah satu. Artinya satu pohon dapat menghasilkan putik dan polen sekaligus. 
 
Akan tetapi, terkadang terjadi penyimpangan genetika, biasanya mengarah kepada kejantanan. Yakni pohon jadi tidak mampu menghasilkan putik, hanya tepung sari saja. Dalam kasus kelapa sawit, orang jamak menyebutnya sebagai sawit jantan.

Pada dasarnya, penyimpangan genetika pada dua genus palma ini ada dua tingkatan. Tingkatan pertama, pohon masih bisa menghasilkan buah (biji), tetapi buahnya kecil-kecil dan sering gugur/membusuk/kering sebelum sampai usia matang. Pada kelapa sawit, orang menyebutnya sebagai buah landak atau buah duri. Buah landak ini tidak laku jika dijual ke pabrik kelapa sawit. Dalam banyak kasus, pohon sawit  penghasil buah landak ini masih bisa diperbaiki. Azas kerjanya adalah dengan mengubah keadaan hormonal pada pohon. Ada pun langkah-langkah kongkritnya sudah saya tuliskan.   

Tingkatan yang kedua adalah, pohon sama sekali tidak mampu menghasilkan tandan buah, hanya tandan penghasil tepung sari alias polen.

Pada aren, kedua tingkatan kelainan genetika itu ada juga dijumpai, meski pun kasusnya lebih jarang. Jika pada sawit kelainan genetika itu merupakan kerugian, maka pada aren hal itu merupakan keuntungan. Jika semua tandan adalah tandan jantan atau semi jantan, maka itu berarti jumlah tandan sadap menjadi lebih banyak. Selain itu, menurut beberapa penyadap yang pernah menyadap aren berkelainan genetika ini, niranya juga lebih banyak. Pohon aren yang demikian dinamakan aren kelapa atau aren wuk wuk.

Jika benar demikian, maka aren kelapa sejatinya adalah aren yang paling baik untuk dikembangkan. Namun tentu saja ia tidak bisa dikembangkan secara generatif, karena bijinya tidak ada. 

Cara yang paling mungkin adalah dengan cara kultur jaringan, atau secara in vitro. (in = di dalam, vitro = gelas kaca). Namun belum diketahui apakah semua informasi yang ada pada batang tubuh aren kelapa terekam utuh dalam setiap jaringan selnya.  Jika memang terekam utuh, maka pohon aren kelapa yang diperbanyak secara in vitro akan menghasilkan bibit aren kelapa juga. Tapi jika informasi itu tercemar oleh informasi data dari tetuanya, maka hasil sangat mungkin akan bervariasi. 

Satu hal lagi yang perlu dicatat, sejarah kultur jaringan dipenuhi dengan catatan terjadinya mutasi genetika pada turunan, meski pun eksplan (biasanya berbentuk irisan kecil daun muda untuk bahan tanam) sudah berasal dari galur murni. Dengan dipakainya eksplan dari galur tidak murni (hasil penyimpangan genetika tadi), maka kalkulasi kemungkinan terjadinya penyimpangan akan menjadi semakin besar. 

Betapa pun, upaya-upaya untuk mendapatkan bibit unggul aren harus tetap menjadi perhatian kita. 

Salam tani aren Indonesia!
Sekian dan terima kasih sayang.

Selasa, 19 April 2016

Benarkah Pohon Aren Dapat Menjadi Konservator Air Tanah?





Bila tanaman aren berupa hutan aren, maka tak perlu lagi kita meragukan fungsi konservasi air pada pohon aren. Ini terjadi karena pohon aren menyimpan air di batangnya dan akan mengeluarkannya lewat akar pada musim kering. Satu batang pohon aren dewasa dapat menyimpan air hingga 200 liter (Dian Kusumanto, 2012).
Bagaimana jika pohon aren itu disadap dan diambil air niranya?
Demi menjawab pertanyaan ini, kita layak untuk mengumpulkan beberapa data, menganalisanya lalu menarik kesimpulan sementara.
Berapa jumlah air yang dihabiskan oleh sebatang pohon aren dewasa belum diketahui, karena belum ada penelitian yang akurat tentang hal itu. Namun kita dapat berkaca pada pohon kerabat dekat aren, yakni kelapa sawit.
Ada beragam pendapat tentang banyaknya air yang dipakai oleh satu batang pohon sawit dewasa dalam satu hari. Ada yang mengatakan 8-10 liter perpohon perhari (Martoni, 2012). 12 liter perpohon perhari (Walhi, Desriko,  2015). 16 liter perpohon perhari ( gpflexi, anonim, 2006). Juga ada seorang ahli lahan gambut dari UGM, Azwar Maas, mengatakan bahwa untuk menghasilkan 1 kg buah sawit, dibutuhkan air sebanyak 400 liter (Tempo, 17 November 2015).
Karena itu, ada beberapa pihak yang lalu bersikap ‘memusuhi’ pertanaman kelapa sawit (Greenpeace, etc), dengan alasan merusak keseimbangan sistem peredaran air lingkungan. Namun argumen mereka dengan mudah dapat dipatahkan, karena berdasarkan data, ada banyak sekali jenis tanaman utama yang jauh lebih banyak menghabiskan air dalam proses evapotranspirasi.  Mari kita simak kutipan data berikut :
Perkiraan penggunaan air melalui evapotranspirasi pada padi sawah di dunia adalah 859 juta meter  kubik pertahun. Produksi  gabah sedunia diperkirakan sejumlah 600 juta ton. Untuk memproduksi satu kilogram gabah memerlukan 1.432 liter air evapotranspirasi. Secara umum, rata-rata pengunaan air untuk budidaya padi sama dengan untuk budidaya wheat (sejenis gandum), tetapi lebih tinggi dari pada untuk budidaya jagung dan barley. Menurut Falkenmark dan Rockstrom (2004) untuk memperoleh satu kilogram wheat memerlukan air sebanyak 1.480 liter, jagung 1.250 liter dan barley 1.000 liter. Sedangkan menurut Chapagain dan Hoekstra (2004),  untuk memperoleh satu kilogram wheat memerlukan air sebanyak 1.300 liter dan untuk jagung 900 liter.

Lalu mengapa faktanya dimana sawit ditanam dalam skala luas, maka daerah itu akan mengalami penurunan level air tanah? Jawabnya bukan hanya karena proses evaporasi sawit, atau translokasi air kandungan dalam tbs yang kadarnya 24 persen itu saja, tetapi lebih karena dibuatnya kanal-kanal penyalur air yang langsung membuang air hujan ke sungai lalu ke laut. Semua perkebunan sawit akan membuat kanal-kanal air untuk mencegah terendamnya tanaman kelapa sawit, karena hal ini akan membuat tanaman sawit menjadi kuning dan layu akibat terhambatnya proses respirasi akar sawit (Bang Pilot, 2016).

Jika dianggap satu pohon kelapa sawit dewasa menghabiskan air sebanyak 10 liter/hari dalam proses evaporasi, translokasi dan aspirasi-nya, maka dapat dianggap sebatang pohon aren dewasa menghabiskan air sebanyak 2,5-3 liter perpohon perharinya.  Ini karena jumlah daun aren hanya sekitar seperempat jumlah daun pohon kelapa sawit. Selain itu pohon aren juga dikenal tumbuh dengan lambat hingga tidak terlalu membutuhkan banyak air (Bang Pilot, 2016).

Tetapi harus juga diingat, ketika aren disadap, maka pohon aren akan mengeluarkan nira. Jumlah nira reratanya adalah 10 liter perpohon perhari. Dengan rendemen 13-15 persen, maka ada kandungan gula sebanyak  1.300-1.500 gram dalam nira yang 10 liter itu. Untuk membentuk satu kilogram gula, dibutuhkan 100 liter air dalamproses fotosintesa (Azwar Maas, 2015). Artinya, satu pohon aren yang disadap dalam satu hari akan menghabiskan air sebanyak 133-153 liter. Angka ini masih jauh lebih baik jika dibandingkan dengan kelapa sawit yang menghabiskan air 400 liter untuk menghasilkan satu kilogram buah sawit. Produksi normal satu pohon kelapa sawit yang baik adalah satu kilogram tbs perhari.  

Namun di lain sisi, aren lebih buruk dalam hal translokasi air pada proses pengolahan produk. Satu kilogram buah sawit (tbs) hanya mengandung 240 mililiter air, sedangkan pohon aren mengeluarkan 8,6 liter air perhari. Baik air dalam tbs maupun nira akan diuapkan dengan cara dipanaskan pada saat proses pengolahan produk.

Untuk mengurangi efek penguapan air pada nira aren, maka dapat ditempuh dengan memakai filter nira semi permiabel. Dengan alat ini, 50-60 persen air dapat dipisahkan dari nira (Dian Kusumanto, 2012). Air yang dipisahkan tadi adalah berupa air murni, yang tentunya dapat dikembalikan ke alam dengan cara menyiramkannya ke perakaran aren. Bisa dengan cara manual, bisa pula dengan sistim irigasi pipanisasi (Bang Pilot, 2016).   

Silahkan berdiskusi di bawah.
Salam petani aren sejahtera!

Minggu, 10 April 2016

Foto-Foto Kebun Aren

                               Kebun arenku, umur 8 bulan, ditumpangsari dengan singkong gajah.

                                Kebun aren Pak Arifin Zein, yang ditanam di bawah tanaman karet.

             Kebun aren Pak Endar Lubis. Sudah produksi.