Minggu, 29 Desember 2013

Daftar Produk Bibit Tanaman Perkebunan Kami

Jual Bibit Tanaman  di Kab.Batu Bara, Sumut, HP 0813 7000 8997
No.
Jenis Bibit Tanaman
Keterangan
Harga (rupiah)
Stok
1
Kecambah Sawit
Jenis Tenera, tunas 1 cm, kemasan plastik.
900/butir
ada
2
Baby Sawit Umur 3 Bulan
Jenis Tenera, daun 5 helai, tinggi 20 cm.
1.500/pokok
ada
3
Sawit Siap Tanam
Umur 1 thn, tinggi 150 cm-170 cm. Tenera
13.000/pokok
ada
4
Kecambah Karet
Klon PB 260, mata tunas 1 cm.
500/butir
ada
5
Kecambah Aren
Varieras Genjah dan Dalam,Tunas 5-10cm
1.500/butir
ada
6
Aren SiapTanam
Umur 8 bulan, tinggi 40 cm, daun 2-3 helai
4.000/pokok
ada
7
Singkong gajah
stek, panjang 20 cm.
800/stek
inden
8
Biji Jati Super/Jati Emas
biji kering, siap semai, isi 2-3 benih
300/butir
ada
9
Biji jati putih/gmelina
biji kering, siap semai, isi 2-3 benih
300/butir
ada
10
Biji jabon
biji kering, siap semai, isi 1 benih
100/butir
ada
11
Bijiaren untuk bibit
biji segar, siap semai
600/butir
ada

Alat Olah Nira menjadi Gula secara Kontinyu

Alat Olah Nira menjadi Gula secara Kontinyu

by : Ir.H.Dian Kusumanto. Aren Nunukan

Visiku untuk Petani Indonesia

Visiku untuk Petani Indonesia
Mandiri sejahtera dan berdaya saing

Alat RO untuk produksi Gula Cair Maple Syrup

Alat RO untuk produksi Gula Cair Maple Syrup

Alat pengolah Bioethanol dari nira

Alat pengolah Bioethanol dari nira
SPBU dari rumah sendiri

Pipanisasi Nira Pohon Maple

Pipanisasi Nira Pohon Maple
Kebun Aren masa depan dg Pipanisasi

Pipanisasi nira pohon Maple

Pipanisasi nira pohon Maple
Nira Aren dipipanisasi, mungkin nggak?

Pipanisasi nira pohon Maple

Pipanisasi nira pohon Maple
Nira Aren juga bisa dipipanisasi

Pipanisasi Nira Pohon Maple

Pipanisasi Nira Pohon Maple
Nira yang putih mengalir deras

Pabrik Gula Aren Masarang Tomohon

Maple syrup ini harganya 70 US$ per gallon

Maple syrup ini harganya 70 US$ per gallon
Satu galoon itu sekitar 5 literan jadi kalau seliter 14 US$ atau sekitar Rp 140.000

Gula Aren dan Maple Syrup

Gula Aren dan Maple Syrup

Gula Cair Maple Syrup

Pohon Aren dengan tandan bunga yang rendah

Pohon Aren dengan tandan bunga yang rendah

AREN (Arenga pinnata)

AREN (Arenga pinnata)

Tandan bunga jantan siap ditreatment

Tandan bunga jantan siap ditreatment
Pohon ini menyediakan 2 tandan bunga jantan yang siap diperlakukan sebelum penyadapan

Jerigen plastik untuk menampung nira dari pohon Aren

Jerigen plastik untuk menampung nira dari pohon Aren
Tandan ini bisa disadap selama 3 sampai dengan 5 bulan setiap tandannya tergantung cara pengirisan sadapan

Pohon Aren di Kebun Pak Sarman

Pohon Aren di Kebun Pak Sarman
Pohon Aren ini sangat produktif, dulu bibitnya didatangkan dari Daerah Enrekang Sulawesi Selatan. Produksi Niranya rata-rata 10-20 lit

Pak Sarman dan Penulis

Pak Sarman dan Penulis
Nira pohon Aren Pak Sarman sehari antara 45-60 liter, dihasilkan dari 4 pohon Aren

Hasil Panen Nira Aren

Hasil Panen Nira Aren
Pak Sarman sedang menakar hasil sadapan nira Aren, ada sekitar 60 liter setiap hari diperoleh dari 4 pohon yang berproduksi

Mengurangi kandungan air dari Nira Aren dengan Teknologi Membran dan Reverse Osmosis 

 

Nira mengalir terus menerus dari pohon melalui pipa-pipa hingga ke tempat penampungan Nira Akhir di Pabrik

Pemanasan awal Nira di Pan Evaporator

Pemasakan Nira yang sudah kental (setelah melalui alat RO) di Pan Evaporator hingga menjadi Syrup dengan kadar Gula (Brix) mencapai sekitar 66 %.

Dapur Pemasakan yang sangat bersih sehingga produk hasil pengolahannya bermutu sangat baik, bersih dan hiegenis, sangat layak ke pasar Super Market dan Pasar Ekspor.

Alat ini berfungsi untuk pemompa nira agar apabila jaringan pipa tidak bisa mengandalkan gaya gravitasi, maka nira tetap akan mengalir menuju penampungan akhir dan sekaligus pengolahan Nira selanjutnya.

Alat RO untuk Nira dari pohon Maple (Maple saccharrum)  di Canada dan Amerika Bagian Utara.  Sekarang hampir setiap perajin di Canada sudah memiliki alat RO ini.

Alat RO untuk mengeluarkan massa air murni dari Nira Maple di Canada

Mengurangi kandungan air  dari Nira Aren dengan Teknologi  Membran dan Reverse Osmosis
Oleh : Dian Kusumanto

Mengolah  Nira menjadi Gula adalah tujuan utama dari perkebunan Aren.   Namun untuk mengolah Nira menjadi Gula Aren Cetak, para perajin tradisional memerlukan bahan bakar berupa kayu bakar yang sangat banyak untuk memasaknya.   Memasak Nira sebenarnya bertujuan untuk  menguapkan air dari Niranya.   Nira yang terdiri dari Gula dan Air, akan semakin mengental pada saat dimasak,  karena air dalam nira berkurang sedangkan kadar Gula semakin meningkat.    
Selama ini,  untuk mengurang kadar air Nira dilakukan dengan cara mendidihkan air, yaitu dengan memasak nira pada suhu yang tinggi dengan waktu yang lama.  Air mulai mendidih pada suhu 100 derajat Celcius,  air akan berubah menjadi uap air yang panas, dan uap air yang panas akan naik ke atas karena memiliki masa jenis yang sangat ringan.   Untuk menguapkan massa air yang sangat banyak maka memerlukan energy panas yang sangat besar dan diekspose dengan waktu yang lama.
Untuk mendidihkan Nira biasanya dilakukan dengan memanaskan Nira di atas wadah logam atau keramik.  Wadah  atau  “Pan” tempat  memanaskan, mendidihkan,  menguapkan Nira sering disebut dengan “Pan Evaporator”.   Wadah  ditaruh di atas tungku, atau pemanas yang terbuat dari tanah liat, batu atau dari logam.  Pada umumnya petani atau perajin Gula Aren menggunakan Dapur tanah liat dengan bahan bakar kayu.
Sistem Tungku dan Wadah Masak Nira yang lazim digunakan, antara lain :
  •     Sistem Tungku Tanah Liat dengan Kuali Tanah Liat
  •     Sistem Tungku Tanah Liat dengan Wadah Logam (Wajan)
  •     Sistem Tungku Tanah Liat dengan Wadah Masak dari Drum bekas
  •     Sistem Tungku Semen dengan Wajan Besar dari Logam
  •     Sistem Tungku Semen dengan Wadah Nira Drum Bekas
  •     Sistem Tungku Semen dengan Wadah masak Nira Stainlees Still
  •     Sistem Tungku Tertutup berbahan Semen dan atau Logam dengan Wadah masak Nira Logam/ stainless still.
Sistem dehidrasi Nira (pengurangan air nira)  dengan tungku daan wadah terbuka ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
 Kelebihannya adalah :

Kekurangannya :

  •   Biaya pembuatan (investasi)nya murah.
  •   Tidak perlu keahlian khusus dalam pembuatannya.
  •   Bahan-bahan biasanya mudah didapat,  tanah liat, bata semen, drum wajan, wadah keramik  mudah diperoleh.
  • Mudah dioperasikan oleh siapa saja, tinggal mengaduk terus menerus.

  •   Boros bahan bakar, memerlukan bahan bakar yang sangat banyak (4-5 kg kayu per 1 liter Nira).
  •   Memasak Nira memerlukan waktu yang lama (5-6 jam). 
  •   Kualitas Gulanya sangat bervariasi tergantung pengalaman si pemasaknya.
  •   Dapur atau tempat masaknya biasanya kotor, penuh jelaga hitam dan kurang hiegenis.  Biasanya dapur dibuat  di tengah-tengah kebun yang agak jauh dari pemukiman.
  •   Biaya operasional  (unit cost) menjadi sangat mahal, namun biasanya tidak disadari.
  •   Kurang efisien, tenaga kerja yang diperlukan banyak.  Seorang perajin biasanya hanya memiliki kemampuan mengolah Gula jadi sekitar 20-50 kg sehari.
  •   Kapasitas pengolahannya sangat terbatas.
Beberapa kemajuan system  tungku  dalam pengolahan Nira menjadi Gula  dapat kita lihat di Canada dan Amerika Utara, yaitu dalam industry Maple Syrup.    Maple (Maple Saccharrum)  adalah satu jenis pohon yang bisa mengeluarkan  Nira  (air yang mengandung Gula) yang banyak tumbuh di Canada dan Amerika Utara.    Perkembangan teknologi pengolahan Nira menjadi Gula Cair atau Syrup sangat pesat.  Oleh karena itu bisa kita jadikan rujukan untuk teknologi pengolahan Nira Aren, Nira Kelapa,  Nira Siwalan dan Nipah sebagai  Gula Sirup, Gula Semut, Gula Merah Serbuk, Gula Merah Cetak, dll.
Pada industry pengolahan Nira Maple di Canada misalnya, system tungku sudah menggunakan system tungku tertutup.  Sistem tungku tertutup memiliki  ciri sebagai berikut :
  •      Tempat perapian atau pembakaran tertutup, tidak ada celah untuk keluarnya api pembakaran.
  •      Antara tungku dan wadah penampung yang dipanaskan tertutup rapat dan tidak ada celah yang memungkinkan api (energy) keluar percuma.
  •      Biasanya dilengkapi dengan Cerobong asap yang ujungnya keluar dari ruangan tempat pemasakan, sehingga dapur bersih dari kemungkinan adanya jelaga atau debu hasil pembakaran.
Pola tungku tertutup sendiri memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
Kelebihan

Kekurangan
  • Energi yang hilang diminimalkan
  • Lebih hemat bahan bakar
  • Lebih cepat
  • Mutu hasil olahan lebih bersih dan baik
  • Lebih hemat  tenaga kerja
  • Ruangan Dapur tidak panas, sehingga Pekerja lebih nyaman

  • Harganya Mahal
  • Biayanya pembuatannya mahal
  • Pengoperasiannya perlu ketrampilan khusus
  • Teknologi masih langka (tidak semua bengkel bisa).
  • Dll.


Pada perkembangan baru teknologi pengolahan Nira, dikenal alat yang dinamakan RO Mechine atau Alat Reverse Osmosis.  Alat RO ini berfungsi untuk memisahkan antara Nira dengan Air murninya dengan system membrane.   Penggunaan RO ini tidak memerlukan pemanasan,  namun hanya energy listrik untuk menjalankan pompa tekanan agar massa Nira yang terdiri dari air dan gula  dapat melalui atau menerobos pori-pori membrane .  Karena molekul Gula lebih besar dari pada pori-pori membrane , maka hanya molekul Air saja yang dapat lolos dari pori-pori membrane.   Sehingga sebagian massa air memisahkan diri dari Niranya,  yang menyebabkan Nira mengalami pengurangan kadar air, sehingga  meningkat kadar gulanya  atau semakin kental.
Teknologi Membran sebenarnya sudah berkembang luas untuk berbagai bidang kehidupan.   Di bidang pengolahan Nira sudah diterapkan sejak 1980-an di Canada dan Amerika Utara pada pengolahan Nira pohon Maple.  Nira pohon Maple yang memiliki kadar Gula 2 % didehidrasi dengan system membrane dengan alat RO sehingga air murni dapat dipisahkan  antara 2/3 sampai  3/4 bagian volumenya dari Nira.   Nira menjadi lebih kental dengan kadar Gula Nira sekitar 12 %.  Dari kadar gula  2% menjadi 12% berarti 6 kali lipatnya, ini seandainya diolah dengan pemanasan tentu sangat lama dan butuh bahan bakar sangat banyak.
Gambar kiri adalah Nira Tebu sebelum di filtrasi, sedangkan gambar kanan adalah Nira Tebu yang sudah difiltrasi menggunakan Teknologi Membran.  Nira yang bersih, jernih dengan warna yang sangat cerah ini diproses tanpa bahan kimia, tanpa pemanasan, dan zat aditif lainnya yang berbahaya, tetapi hanya dengan menggunakan Teknologi Membran.
Dr. Ir. I Gede Wenten dengan alat Filtrasi Membran dari Teknik Kimia ITB Bandung.

Di Indonesia sebenarnya ada Seorang ahli membrane tingkat dunia, yaitu  Dr. Ir. I Gede Wenten dari Teknik Kimia ITB Bandung.    Teknologi Membran yang dikembangkannya  sudah mencakup berbagai bidang, termasuk bidang industry Gula.   Menurut  Dr.  Ir.  I Gede Wenten,  Nira Tebu maupun Nira Aren  juga bisa menggunakan Teknologi Membran.   Nira Aren  jika dilakukan  pengolahan menggunakan alat RO  kandungan  Gula Nira dapat ditingkatkan dari 10-12% awalnya  menjadi sampai  30%.   Artinya massa air murni yang terdapat dalam larutan Nira dapat dipisahkan sebanyak sekitar 60 % (atau hampir 2/3) bagian dari Nira.    Pada proses ini tidak menggunakan energy panas, sehingga sangat hemat bahan bakar.
Alat RO sudah tidak bisa lagi mengeluarkan massa air dari dalam nira yang kandungan Gulanya sudah 30 % .  Oleh karena itu jika ingin diolah menjadi Syrup Arena tau Gula Aren Cair dengan kadar Brix atau kadar Gula 66%, maka tetap diperlukan alat penguapan air nira dengan menggunakan Pan Evaporator,  alat Vacum Evaporator,  Thin Layer Evaporator, Rotary Evaporator, Falling Thin Layer Evaporator, dll.  Karena kadar Gulanya sudah tinggi, maka untuk pemasakan hingga mencapai kadar Gula 66 %, tidak terlalu lama memasaknya.  Inilah yang dikatakan bahwa teknologi membrane  sangat membantu penghematan dalam pengolahan Nira.
Ujicoba Teknologi Membran Filtrasi untuk pengolahan Nira Tebu di salah satu Pabrik Gula di Jawa Timur.
Nira segar yang bersih, jernih dengan warna yang menarik  siap dikemas dalam botol, diproses hanya dengan Teknologi Membran tanpa pemanasan.
Tidak hanya penghematan namun Teknologi Membran ini  dapat membangkitkan ekspektasi yang luar biasa pada bisnis Aren yang cemerlang, karena beberapa hal  antara lain :
  •       Nira menjadi sangat bersih dan hiegenis, karena bisa dipisahkan dengan partikel-partikel kotoran yang mungkin terlarut.
  •       Nira bisa distrerilkan dari kandungan organisme renik yang menyebabkan mutu nira berubah.
  •       Nira bahkan bisa dikemas dan dijual dalam keadaan segar tanpa proses pemanasan.
  •       Dll.
Oleh karena itu dalam system pengolahan yang melibatkan alat RO ini maka proses pengolahan Nira menjadi Gula  Aren Cair (Palm Sugar Syrup)  adalah sebagai berikut :
  •       Nira menetes dari tandan bunga dan mengalir ke  jaringan pipa  melalui dulu APUS (alat pengaman ujung sadapan).
  •       Nira mengalir dari pipa pohon ke pipa antar pohon yang lebih besar ukurannya.
  •       Nira kemudian mengalir menuju ke penampungan akhir di pabrik pengolahan, namun di tengah perjalanan Nira melalui pompa pendorong yang berfungsi untuk mendorong Nira ini lebih kuat hingga sampai ke penampungan nira akhir di pabrik.
  •       Dari penampungan Nira di pabrik nira, sebelumnya Nira sudah melalui alat-alat penyaring  sebelum penampungan, yaitu yang berada sebelum penampungan akhir.
  •       Setelah di penampungan Nira mulai diolah dengan Alat RO Nira guna mengurangi kadar air  hingga  sekitar 60% sekaligus menaikkan kadar Gula hingga sekitar 30 %.
  •       Selanjutnya Nira kental ini diolah lanjut untuk menjadi Gula Aren Cair (Syrup) dengan Alat Pan Evaporator.    Nira kental dimasak di atas Pan sampai kadar Gula (Brix) mencapai  66 %.  Pada Pan Evaporator ini nira dipanaskan menggunakan bahan bakar kayu, minyak atau uap panas.  Nira akan mendidih dan menguapkan air yang masih terkandung di dalam nira hingga nira menjadi semakin kental.
  •       Bila sudah memenuhi syarat  mutu syrup, maka kemudian dilakukan pengemasan yang menarik dan baik untuk Gula Cair ini dengan  menggunakan wadah botol, wadah kaleng,  plastic kemasan, atau wadah lainnya.
 Dengan cara-cara seperti di atas maka produk Gula Cair kita akan sangat bermutu, tidak kalah dengan Maple Syrupnya Canada, tidak kalah dengan Arenga Syrupnya Malaysia,  dan sirup-sirup dari Negara manapun.
Bagaimana menurut Anda?

Kandungan Nutrisi Dalam Nira Aren

Enau atau aren (Arenga pinnata, suku Arecaceae) adalah palma yang terpenting setelah kelapa (nyiur) karena merupakan tanaman serba guna. Tumbuhan ini dikenal dengan pelbagai nama seperti nau, hanau, peluluk, biluluk, kabung, juk atau ijuk (aneka nama lokal di Sumatra dan Semenanjung Malaya); kawung, taren (Sd.); akol, akel, akere, inru, indu (bahasa-bahasa di Sulawesi); moka, moke, tuwa, tuwak (di Nusa Tenggara), dan lain-lain.

Bangsa Belanda mengenalnya sebagai arenpalm atau zuikerpalm dan bangsa Jerman menyebutnya zuckerpalme. Dalam bahasa Inggris disebut sugar palm atau Gomuti palm.



Masyarakat pada umumnya, sudah sejak lama mengenal pohon aren sebagai pohon yanh dapat menghasilkan bahan-bahan untuk industri kerajinan. Hamper semua bagian atau produk tanaman ini dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi. Akan tetapi, tanaman ini kurang mendapat perhatian untuk dikembangkan atau dibudidayakan secara sungguh-sungguh oleh berbagai pihak.

Aren adalah tumbuhan yang dilindungi oleh undang-undang.

Pohon enau menghasilkan banyak hal, yang menjadikannya populer sebagai tanaman yang serbaguna, terutama sebagai penghasil gula.

Gula aren diperoleh dengan menyadap tandan bunga jantan yang mulai mekar dan menghamburkan serbuk sari  yang berwarna kuning. Tandan ini mula-mula dimemarkan dengan memukul-mukulnya selama beberapa hari, hingga keluar cairan dari dalamnya. Tandan kemudian dipotong dan di ujungnya digantungkan tahang bambu untuk menampung cairan yang menetes.

Cairan manis yang diperoleh dinamai nira (alias legen atau saguer), berwarna jernih agak keruh. Nira ini tidak tahan lama, maka tahang yang telah berisi harus segera diambil untuk diolah niranya; biasanya sehari dua kali pengambilan, yakni pagi dan sore.

Setelah dikumpulkan, nira segera dimasak hingga mengental dan menjadi gula cair. Selanjutnya, ke dalam gula cair ini dapat dibubuhkan bahan pengeras (misalnya campuran getah nangka dengan beberapa bahan lain) agar gula membeku dan dapat dicetak menjadi gula aren bongkahan (gula gandu). Atau, ke dalam gula cair ditambahkan bahan pemisah seperti minyak kelapa, agar terbentuk gula aren bubuk (kristal) yang disebut juga sebagai gula semut.

Di banyak daerah di Indonesia, nira juga biasa difermentasi menjadi semacam minuman beralkohol yang disebut tuak atau di daerah timur juga disebut saguer. Tuak ini diperoleh dengan membubuhkan satu atau beberapa macam kulit kayu atau akar-akaran (misalnya kulit kayu nirih (Xylocarpus) atau sejenis manggis hutan (Garcinia)) ke dalam nira dan membiarkannya satu sampai beberapa malam agar berproses. Bergantung pada ramuan yang ditambahkan, tuak yang dihasilkan dapat berasa sedikit manis, agak masam atau pahit.

Dengan membubuhkan bahan yang lain, atau dengan membiarkan begitu saja selama beberapa hari, nira dapat berfermentasi menjadi cuka. Cuka dari aren ini kini tidak lagi populer, terdesak oleh cuka buatan pabrik.

Nira mentah (segar) bersifat pencahar (laksativa), sehingga kerap digunakan sebagai obat urus-urus. Nira segar juga baik sebagai bahan campuran (pengembang) dalam pembuatan roti.

Sebagaimana nipah dan rumbia, daun pohon enau juga biasa digunakan sebagai bahan atap rumah rakyat. Pucuk daunnya yang masih kuncup (janur) juga dipergunakan sebagai daun rokok, yang dikenal pasar sebagai daun kawung. Lembar-lembar daunnya di Jawa Barat biasa digunakan sebagai pembungkus barang dagangan, misalnya gula aren atau buah durian. Lembar-lembar daun ini pun kerap dipintal menjadi tali, sementara dari lidinya dihasilkan barang anyaman sederhana dan sapu lidi.

Seperti halnya daun, ijuk dari pohon enau pun dipintal menjadi tali. Meski agak kaku, tali ijuk ini cukup kuat, awet dan tahan digunakan di air laut. Ijuk dapat pula digunakan sebagai bahan atap rumah, pembuat sikat dan sapu ijuk. Dari pelepah dan tangkai daunnya, setelah diolah, dihasilkan serat yang kuat dan tahan lama untuk dijadikan benang, tali pancing dan senar gitar Batak.

Batangnya mengayu di sebelah luar dan agak lunak berserabut di bagian dalam atau empulurnya. Kayunya yang keras ini dipergunakan sebagai papan, kasau atau dibuat menjadi tongkat. Empulur atau gumbarnya dapat ditumbuk dan diolah untuk menghasilkan sagu, meski kualitasnya masih kalah oleh sagu rumbia. Batang yang dibelah memanjang dan dibuang empulurnya digunakan sebagai talang atau saluran air.

Dari akar dihasilkan serat untuk bahan anyaman, tali pancing atau cambuk.

Kandungan Gizi Anau - Aren - Palm Sugar
sumber : http://www.navitasnaturals.com

Budidaya Aren / Enau



Budidaya Aren / Enau

I. Pendahuluan

Masyarakat pada umumnya, sudah sejak lama mengenal pohon aren sebagai pohon yanh dapat menghasilkan bahan-bahan untuk industri kerajinan. Hamper semua bagian atau produk tanaman ini dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi. Akan tetapi, tanaman ini kurang mendapat perhatian untuk dikembangkan atau dibudidayakan secara sungguh-sungguh oleh berbagai pihak.
Selama ini pemenuhan akan permintaan bahan baku industri yang berasal dari bagian-bagian pohon aren, masih dilayani dengan mengendalikan tanaman aren yang tumbuh liar (tidak ditanam orang). Bagian-bagian fisik pohon aren yang dimanfaatkan, misalnya akar ( untuk obat tradisional), batang (untuk berbagai peralatan), ijuk (untuk kerpeluan bangunan), daun (kususnya daun muda untuk pembungkus dan merokok). Demikian pula hasil produksinya seperti buah dan nira dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman.
Permintaan produk-produk yang dihasilkan dari tanaman ini akan selalu meningkat sejalan dengan perkembangan pembangunan yang ada. Oleh karena itu penanaman atau pembudidayaan tanaman aren mempunyai harapan atau prospek yang baik dimasa datang.
Saat ini telah tercatat ada empat jenis pohon yang termasuk kelompok aren yaitu : Arenga pinata Merr, Arenga undulatitolia Bree, Arenga westerhoutii Grift dan Arenga ambcang Becc. Diantaranya keempat jenis tersebut yang sudah dikenal manfaatnya adalah arenge piñata, yang dikenal sehari-hari dengan nama aren atau enau.
Usaha pengembangan atau pembudidayaan tanaman aren di Indonesia sangat memungkinkan. Disamping masih luasnya lahan-lahan tidak produktif, juga dapat memenuhi kebutuhan konsumsi di dalam negeri atas produk-produk yang berasal dari tanaman aren, sekaligus meningkatkan pendapatan petani dari usaha tani tanaman aren dan dapat pula ikut melestarikan sumber daya alam serta lingkungan hidup.

II Mengenal Aren

A. Bentuk Pohon, Bunga dan Buah
Aren termasuk suku Aracaceae (pinang-pinangan). BAtangnya tidak berduri, tidak bercabang, tinggi dapat mencapai 25 meter dan diameter pohon dapat mencapai 65 cm.

Tanaman ini hamper mirip dengan pohon kelapa. Perbedaannya,, jika pohon kelapa batang pohonnya bersih (pelepah daun yang tua mudah lepas), maka batang pohon aren ini sangat kotor karena batangnya terbalut oleh ijuk sehingga pelepah daun yang sudah tua sulit diambil atau lepas dari batangnya. Oleh karena itulah, batang pohon aren sering ditumbuhi oleh banyak tanaman jenis paku-pakuan.
Tangkai daun aren panjangnya dapat mencapai 1,5 meter, helaian daun panjangnya dapat mencapai 1.45 meter, lebar 7 cm dan bagian bawah daun ada lapisan lilin.
Patut dicatat, jumlah pelepah daun aren harus dipertahankan pada jumlah minimal 15 pelepah, agar nira yang dihasilkan jumlahnya banyak. Jangan memotong pelepah aren ini sembarangan, meski untuk alasan kemudahan penyadapan atau alasan lainnya.

B. Penyebaran dan Syarat Tumbuh
Wilayah penyebaran aren terletak antara garis lintang 20º LU – 11ºLS yaitu meliputi : India, Srilangka, Banglades, Burma, Thailand, Laos, Malaysia, Indonesia, Vietnam, Hawai, Philipina, Guam dan berbagai pulau disekitar pasifik. (Burkil, 1935); Miller, 1964; Pratiwi (1989).

Di Indonesia tanaman aren banyak terdapat dan tersebar hamper diseluruh wilayah Nusantara, khususnya di daerah perbukitan dan lembah.
Tanaman aren sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus (Hatta-Sunanto, 1982) sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat, berlumur dan berpasir, tetapi aren tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya tinggi (pH tanah terlalu asam). Aren dapat tumbuh pada ketinggian 2 – 1.400 meter di atas permukaan laut. Namun yang paling baik pertumbuhannya pada ketinggian 5 – 800 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan lebih dari 1.200 mm setahun atau pada iklim sedang dan basah.

C. Nama-nama Daerah
Aren (Arrenge pinnata) mempunyai banyak nama daerah seperti : bakjuk/bakjok (Aceh), pola/paula (Karo), bagot (Toba), agaton/bargat (Mandailing), anau/neluluk/nanggong (Jawa), aren/kawung (Sunda), hanau (dayak,Kalimantan), Onau (Toraja, Sulawesi), mana/nawa-nawa (Ambon, Maluku).

D. Kegunaan Pohon Aren.
Pohon aren dapat dimanfaatkan, baik berfungsi sebagai konservasi, maupun fungsi produksi yang menghasilkan berbagai komoditi yang mempunyai nilai ekonomi.

a. Fungsi Konservasi
Pohon aren dengan perakaran yang dangkal dan melebar akan sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya erosi tanah. Demikian pula dengan daun yang cukup lebat dan batang yang tertutup dengan lapisan ijuk, akan sangat efektif untuk menahan turunnya air hujan yang langsung kepermukaan tanah. Disamping itu pohon aren yang dapat tumbuh baik pada tebing-tebing, akan sangat baik sebagai pohon pencegah erosi longsor.

b. Fungsi Produksi
Fungsi produksi dari pohon aren dapat diperoleh miulai dari akar, batang, daun, bunga dan buah. Di Jawa akar aren digunakan untuk berbagai Obat Tradisional (Heyne, 1927; Dongen, 1913 dalam Burkil 1935). Akar segar dapat menghasilkan arak yang dapat digunakan sebagai obat sembelit, obat disentri dan obat penyakit paru-paru.
Batang yang keras digunakan sebagai bahan pembuat alat-alat rumah tangga dan ada pula yang digunakan sebagai bahan bangunan. Batang bagian dalam dapat menghasilkan sagu sebagai sumber karbohidrat yang dipakai sebagai bahan baku dalam pembuatan roti, soun, mie dan campuran pembuatan lem (Miller, 1964). Sedangkan ujung batang yang masih muda (umbut) yang rasanya manis dapat digunakan sebagai sayur mayor (Burkil, 1935).
Daun muda, tulang daun dan pelapah daunnya, juga dapat dimanfaatkan untuk pembungkus rokok, sapu lidi dan tutup botol sebagai pengganti gabus. Tangkai bunga bila dipotong akan menghasilkan cairan berupa nira yang mengandung zat gula dan dapat diolah menjadi gula aren atau tuak (Steenis et.al., 1975). Buahnya dapat diolah menjadi bahan makanan seperti kolang-kaling yang banyak digunakan untuk campuran es. Kolak atau dapat juga dibuat manisan kolang-kaling.

E. Penanaman
Teknik penanaman aren dapat dilakukan dengan sistim monokultur atau dengan sistim agroforestri/tumpangsari. Dengan sistim monokultur terlebih dahulu dilakukan pembersihan lapangan dari vegetasi yang ada (land clearing) dan pengolahan tanah dengan pembajakan atau pencangkulan serta pembuatan lubang tanaman.

Pembuatan lubang tanaman dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm dan jarak antar lubang (jarak tanam) 5 x 5 m atau 4 x 6 m. Untuk mempercepat pertumbuhan pada lubang tanaman diberi tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang, urea, TSP, sekitar 3 – 5 hari setelah lubang tanaman disiapkan, baru dilakukan penanaman. Bibit yang baru ditanam, sebaiknya diberi naungan atau peneduh.
Sistim agroforestri/tumpangsari, ini dapat dilakukan dengan menamai bagian lahan yang terbuka yaitu diantara kedua tanaman pokok dengan tanaman penutup tanah seperti leguminose atau tanaman palawija

F. Pemeliharaan Tanaman
Agar budidaya aren dapat berhasil dengan baik diperlukan pemeliharaan tanaman yang cukup. Pemeliharaan tanaman aren meliputi :

a. Pengendalian Hama Penyakit
Hama dan penyakit pohon aren belum terlalu banyak di ketahui. Namun sebagai langkah pencegahan dapat didekat dengan mengetahui hama dan penyakit yang biasa menyerang jenis palmae yang lain seperti kelapa, kelapa sawit dan sagu.
Hama pada tanaman jenis Palmae antara lain berupa kumbang badak (Oryctes thinoceros), kumbang sagu (Rhinochophorus ferrugineus(, belalang (Sexava spp). Hama lain untuk pohon aren ini adalah pengisap nira dan bunga seperti lebah, kelelawar dan musang. Pengendalian hama dapat dilakukan dengan cara :
  • Mekanis, yaitu pohon-pohon aren yang mendapat serangan hama ditebang dan dibakar.
  • Kimiawi, yaitu dengan penyemprotan pestisida tertentu seperti Heptachlor 10 gram, Diazonin 10 gram dan BHC.
Jenis penyakit yang sering menyerang pohon aren di persemaian adalah bercak dan kuning pada daun yang disebabkan oleh Pestalotia sp., Helmiathosporus sp. penanggulangan penyakit ini dapat dilakukan dengan fungisida seperti Dithane N-45, Delsene NX 200.
b. Penanggulangan tanaman pengganggu (gulma)
Tanaman pengganggu (gulma) pada tanaman aren sangat mengganggu pertumbuhannya. Oleh karena itu, pengendalian gulma harus dilakukan.
Gulma pada tanaman/pohon aren umumnya terdapat di dua tempat yaitu pada bagian batang (seperti benalu dan kadaka) dan pada tanah di sekitar pangkal teratur yaitu 4 kali setahun sampai tanamanberumur 3-4 tahun. Teknis pemberantasannya dilakukan dengan cara mekanis yaitu dengan menghilangkan tanaman pengganggu tersebut dari pohon aren.
c. Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk merangsang pertumbuhan pertumbuhan agar lebih cepat. Pemupukan dilakukan pada tanaman berumur 1 -3 tahun dengan memberikan seperti pupuk urea, NPK, pupuk kandang dan KCL yang ditaburkan pada sekeliling batang pohon aren yang telah digemburkan tanahnya.

III. Hasil

A. Jenis Hasil
Seperti telah diuraikan di muka, hamper semua bagian dari pohon aren dapat dimanfaatkan atau menghasilkan produk yang mempunyai nilai ekonomi.
Jenis produk yang dihasilkan dari pohon aren yaitu sebagai berikut :
  • Ijuk sebagai bahan baku pembuatan peralatan keperluan rumah tangga.
  • Nira sebagai bahan baku gula aren, tuak, cuka, ethanol (fuel grade) dan alkohol (farmasi grade).
  • Kolang-kaling yang dihasilkan dari buah pohon aren.
  • Tepung aren sebagai bahan baku pembuatan sabun, mie, dawet (cendol).
  • Batang pohon sebagai bahan bangunan dan peralatan rumah tangga.
B. Pemungutan Hasil

Ijuk
Ijuk dihasilkan dari pohon aren yang telah berumur lebih dari 5 tahun sampai dengan tongkol-tongkol bunganya keluar. Pohon yang masih muda produksi ijuknya kecil. Demikian pula, pohon yang mulai berbunga kualitas dan hasil ijuknya tidak baik.
Pemungutan ijuk dapat dilakukan dengan memotong pangkal pelepah-pelapah daun, kemudian ijuk yang bentuknya berupa lempengan anyaman ijuk itu lepas dengan menggunakan parang dari tempat ijuk itumenempel.
Lempenganlempengan anyaman ijuk yang baru dilepas dari pohon aren, masih mengandung lidi-lidi ijuk. Lidi-lidi ijuk dapat dipisahkan dari serat-serat ijuk dengan menggunakan tangan. Untuk membersihkan serat ijuk dari berbagai kotoran dan ukuran serat ijuk yang besar, digunakan sisir kawat. Ijuk yang sudah dibersihkan dapat dipergunakan untuk membuat tambang ijuk, sapu ijuk, atap ijuk dll.

Nira
Nira aren dihasilkan dari penyadapan tongkol (tandan) bunga, baik bunga jantan maupun bunga betina. Akan tetapi biasanya, tandan bunga jantan yang dapat menghasilkan nira dengan kualitas baik dan jumlah yang banyak. Oleh karena itu, biasanya penyadapan nira hanya dilakukan pada tandan bunga jantan.
Sebelum penyadapan dimulai, dilakukan persiapan penyadapan yaitu :
  • Memilih bunga jantan yang siap disadap, yaitu bunga jantan yang tepung sarinya sudah banyak yang jatuh di tanah. Hal ini dapat dilihat jika disebelah batang pohon aren, permukaan tanah tampak berwarna kuning tertutup oleh tepungsari yang jatuh.
  • Pembersihan tongkol (tandan) bunga dan memukul-mukul serta mengayun-ayunkannya agar dapat memperlancar keluarnya nira.
Pemukulan dan pengayunan dilakukan berulang-ulang selama tiga minggu dengan selang dua hari pada pagi dan sore dengan jumlah pukulan kurang lebih 250 kali.
Untuk mengetahui, apakah bunga jantan yang sudah dipukul-pukul dan diayun-ayun tersebut sudah atau belum menghasilkan nira, dilakukan dengan cara menorah (dilukai) tongkol (tandan) bunga tersebut. Apabila torehan tersebut mengeluarkan nira maka bunga jantan sudah siap disadap.
Penyadapan dilakukan dengan memotong tongkol (tandan) bunga pada bagian yang ditoreh. Kemudian pada potongan tongkol dipasang bumbung bamboo sebagai penampung nira yang keluar.
Penyadapan nira dilakukan 2 kali sehari (dalam 24 jam) pagi dan sore. Pada setiap penggantian bumbung bamboo dilakukan pembaharuan irisan potongan dengan maksud agar saluran/pembuluh kapiler terbuka, sehingga nira dapat keluar dengan lancer.
Setiap tongkol (tandan) bunga jantan dapat dilakukan penyadapan selama 3 – 4 bulan sampai tandan mongering. Hasil dari air aren dapat diolah menjadi gula aren, tuak, cuka dan minuman segar.
Dalam satu hari, sebatang pohon aren bisa menghasilkan nira antara 10-30 liter, tergantung dari varietas dan perawatannya.
Satu pohon aren varietas genjah menghasilkan 10-15 liter nira/hari, aren varietas dalam menghasilkan 15-25 liter nira/hari, dan aren varietas tinggi menghasilkan 20-30 liter nira/hari.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel berikut ini :


No.Var.       Usia mulai produksi. Lama berproduksi. Jlh nira/hari   Tinggi/diameter batang
1.   Genjah  6 tahun                     6 tahun                   10-15 liter    12 m/35 cm
2.   Sadang  8 tahun                    8 tahun                    12-18 liter    15 m/40 cm
3.   Dalam   10 tahun                  11 tahun                   15-25 liter    18 m/45 cm
4.   Tinggi    12 tahun                  13 tahun                   20-30 liter    22 m/55 cm

Untuk aren yang tumbuh di wilayah Kabupaten Batu Bara, Sumut, rendemen (kadar gula) nira terbukti cukup tinggi. Dari 30 liter nira yang dimasak oleh Bahctiar, seorang penyadap aren di Desa Petatal, Talawi, Batu Bara, dihasilkan 6,1 kg gula aren. Ini berarti rendemen nira tersebut adalah sekitar 20%.
Adapun harga nira segar ditingkat petani saat ini dibeli pengumpul seharga rp.5.000/liter. Nira ini kemudian dijual sebagai minuman nira segar dingin seharga rp.3.000/gelas. Tentu saja setelah diberi es batu. Satu liter nira bisa dibuat menjadi 5 gelas minuman nira segar dingin.
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa satu pohon aren dalam masa produksinya dapat menghasilkan uang antara rp.50.000 sd. rp.150.000/hari.
Harga yang sama akan didapat bila nira dibuat menjadi tuak, namun kami tidak menyarankannya, sehubungan dengan larangan dalam agama yang kami anut (Islam).
Di Malaysia, aren sudah dikebunkan secara profesional dalam jumlah besar. Produk akhirnya adalah ethanol dan alkohol.

Tepung aren
Tepung aren dapat dihasilkan dengan memanfaatkan batang pohon aren dengan proses sebagai berikut :
  • Memiliki batang pohon aren yang banyak mengandung pati/tepungnya dengan cara :
    • Umur pohon relative muda (15 – 20 tahun)
    • Menancapkan kampak atau pahat ke dalam batang sedalam 10 – 12 cm pada dari ketinggian 1,5 m dari permukaan tanah.
    • Periksa ujung kampak atau pahat tersebut apakah terdapat tepung/pati yang menempel.
    • Apabila terdapat tepung/pati, tebang pohon aren tersebut.
  • Potong batang pohon yang sudah ditebang menjadi beberapa bagian sepanjang 1,5 – 2,0 m.
  • Belah dan pisahkan kulit luar dari batang dengan empelurnya.
  • Empelur diparut atau ditumbuk, kemudian dicampur dengan air bersih (diekstraksi).
  • Hasil ekstraksi diendapkan semalaman (±12 jam) dilakukan pemisahan air dengan endapannya. Lakukan pencucian kembali dengan air bersih dan diendapkan lagi, sampai menghasilkan endapan yang bersih
  • Hasil endapan dijemur sampai kering.
Tepung aren dapat dipergunakan sebagai bahan baku seperti mie, soun, cendol, dan campuran bahan perekat kayu lapis. Patut dicatat, pohon aren yang disadap niranya, sedikit sekali pati tepungnya.

Kolang Kaling
Kolang kaling dapat diperoleh dari inti biji buah aren yang setengah masak. Tiap buah aren mengandung tiga biji buah. Buah aren yang setengah masak, kulit biji buahnya tipis, lembek dan berwarna kuning inti biji (endosperm) berwarna putih agak bening dan lembek, endosperm inilah yang diolah menjadi kolang-kaling.
Adapun cara untuk membuat kolang-kaling :
  • Membakar buah aren dengan tujuan agar kulit luar dari biji dan lender yang menyebabkan rasa gatal pada kulit dapat dihilangkan. Biji-biji yang hangus, dibersihkan dengan air sampai dihasilkan inti biji yang bersih.
  • Merebus buah aren dalam belanga/kuali sampai mendidih selam 1-2 jam. Dengan merebus buah aren ini, kulit biji menjadi lembek dan memudahkan untuk melepas/memisahkan dengan inti biji. Inti biji ini dicuci berulang-ulang sehingga menghasilkan kolang-kaling yang bersih.
Untuk menghasilkan kolang-kaling yang baik )bersih dan kenyal) inti biji yang sudah dicuci diendapkan dalam air kapur selama 2 – 3 hari. Setelah direndam dlam air kapur, maka kolang-kaling yang terapung inilah yang siao untuk dipasarkan.
Catatan : mayang pertama yang berisi buah aren sebaiknya jangan diambil.

               http://bibitsawitkaret.blogspot.com
        Kelompok Tani Pembibitan Aren ‘ Tani Muda’, Desa Petatal, Talawi, Batu Bara.     CP.081370008997.