Selasa, 21 Juni 2016

Teknik Menanam Aren




Tinggi batang aren dan diameter batangnya memang berpengaruh terhadap hasil nira. Pohon aren yg terlalu pendek akan mengeluarkan tandan sadap yang sedikit, sedangkan diameter batang yang kecil akan menjadi penyebab kecilnya debit nira. Karena itulah diusahakan agar pohon aren yang kita tanam akan bisa  memiliki diameter yang besar (lebih dari 40 cm) dan tinggi batang yang optimal (10-12 meter). Dan kerena itu pulalah saya, maaf, selalu menganjurkan penanaman aren aksasi dalam, bukan aren aksasi genjah yang berpostur pendek, atau aren aksasi tinggi yang bakal tumbuh menjulang. 
Teknik penanaman aren diusahakan batas terbenamnya adalah tepat pada batas antara akar dengan batang. Namun saya tetap menganjurkan sistim lembah tangkapan air, dengan tujuan untuk mempermudah penyiraman jika diperlukan, dan mencegah hanyutnya pupuk yang diaplikasikan pada tanaman muda saat musim penghujan. 
Ada pun jarak tanam, saya tetap menganjurkan jarak 5x6 meter atau lebih baik lagi 4,25x7 meter sistim mata lima atau segitiga sama kaki. Dan tumpang sari hanya dengan tanaman muda, bukan dengan tanaman tahunan. Mengapa?
Adalah fakta tak terbantahkan bahwa aren termasuk spesies tumbuhan yang akan mati sendiri manakala semua tandan bunganya sudah keluar. Dan rentang waktu keluarnya tandan bunga pertama dengan tandan bunga terakhir berkaitan erat dengan ketinggian batang dan jarak antar pelepah. Kita ketahui bahwa setiap tandan bunga aren akan keluar dari celah atau bekas celah pelepah daun. Semakin pendek batang aren, maka akan semakin cepat matinya. Semakin jarang jarak antar pelepah, maka akan semakin cepat pula matinya pohon.  Secara umum dapat dikatakan bahwa lamanya masa memanen sama dengan lamanya masa menunggu mulai memanen. Bila masa menunggu adalah 8 tahun, maka masa panen akan selama 8 tahun pula, atau kurang sedikit.
Jika aren ditanam terlalu rapat, maka biasanya pohon akan tumbuh meninggi, diameter batang mengecil  dengan jarak pelepah yang jarang, diatas 30 cm. Itu memang sudah mejadi naluri buat semua jenis tetumbuhan untuk berusaha menang dalam perebutan mendapat paparan cahaya matahari (dan cahaya bulan juga, menurut sebagian kecil peneliti). Jika aren ditanam secara tumpang sari dengan tanaman tahunan yang juga tinggi, maka hal yang sama akan terjadi.
Mengingat aren adalah tumbuhan yang memiliki umur yang terbatas, maka untuk mendapatkan keberlangsungan produksi, perlu dipikirkan cara agar masa tunggu panen pada penanaman kedua tidak terlalu lama lagi. Metode yang dapat diterapkan dalam hal mengetasi dua masalah ini adalah pengaturan jarak tanam dan penanaman bibit baru di bawah tanaman produksi (under planting).
Jika kita mengutamakan keberlangsungan produksi pada sebidang lahan, maka jarak tanam yang paling sesuai untuk program under planting di masa depan adalah 5x6 meter atau 4,25x7 meter. Lorong yang selebar 6 meter atau 7,25 meter itu membujur arah Timur-Barat. Dalam satu hektar lahan akan didapat 333 batang tegakan aren.
Pada lorong yang terlebar itulah kelak akan ditanam sebaris bibit aren baru sesaat setelah kebun aren mulai berproduksi. Dengan cara ini, maka masa tunggu panen kedua hanya akan menjadi kurang dari setengah masa menunggu periode pertama.  

Minggu, 19 Juni 2016

Jangan Sia-Siakan Aren, Ia Anugrah Yang Besar Dari Tuhan



Kita adalah manusia, mahkluk tercerdas yang pernah ada di muka bumi. Sepanjang sejarah, manusia  sudah membuat begitu banyak perubahan pada satu-satunya planet yang bisa kita huni ini. God has created the earth and then human has change it to a world. Dunia adalah bentuk baru dari planet bumi. Sebuah ranah dimana manusia merasa lebih mmudah dan lebih nyaman untuk menjalani hidup. 

Beberapa perubahan itu dilakukan dengan tanpa merusak bumi, namun sebagian besarnya telah mendegradasi bumi hingga menjadi lebih labil. Polusi telah menghasilkan lubang ozon yang besarnya sudah lebih besar dari benua Amerika, juga menyebabakan perubahan iklim. Sementara itu, perusakan biota hijau telah memperparah kualitas udara di bumi.

Ada banyak pakar lingkungan yang percaya bahwa pemanasan global  dipicu oleh ulah manusia, meski sebahagian yang lain malah mengajukan issue pendinginan global.

Pada dasarnya, kedua teori itu ada benarnya. Bumi menjadi semakin panas dalam kurun waktu tertentu, lalu berubah menjadi lebih dingin pada kurun waktu yang lain. Dan kedua gejala alam yang tak bersahabat ini memang punya benang merah dengan segala aktivitas manusia selama berabad-abad. Utamanya sejak terjadinya revolusi industri pada pertengahan abad ke delapan belas.

Jika kita fokus pada rusaknya biota hijau di bumi, maka Indonesia adalah salah satu negara yang mengalami hal itu secara masif dan dalam skala yang sangat besar. Setiap tahunnya, ada jutaan hektar hutan di Indonesia yang dirusak oleh para pemilik HPH yang serakah dan tidak punya visi lingkungan. Mudahnya izin, tanpa pengawasan dan tindakan pembiaran dari pemerintah, tentu saja punya andil besar dalam hal ini.

Di lain sisi, jumlah penduduk Indonesia makin membengkak dari waktu ke waktu. Mulut sebanyak 260 juta itu harus terus disuapi makanan agar bertahan hidup secara wajar. Dan, tanah masih adalah satu-satunya media yang paling mudah ditanami untuk mendapatkan sumber makanan buat manusia. Tanah Indonesia setidaknya harus bisa menghasilkan 130 juta kilogram makanan setiap harinya agar orang Indonesia tidak kelaparan.

Berkaca pada dua hal tadi, rusaknya hutan dan besarnya kebutuhan akan pangan, harusnya dapat dikelola dengan arif. Hutan yang sudah terlanjur rusak tadi bisa ditanami dengan tanaman yang menghasilkan makanan sekaligus juga menghasilkan oksigen. Dan, keberlanjutan sistem ini kiranya dapat menjamin terpenuhinya hajat hidup orang banyak. Artinya, bumi harus dikelola sedemikian rupa hingga dapat dipergunakan secara optimal, generasi ke generasi.  Kita tidak boleh hidup nyaman sekarang, tetapi mewariskan sebuah planet yang gersang bagi anak cucu di masa depan.

Sebagian ahli mengatakan bahwa planet bumi masih aman untuk ditinggali manusai sampai lima miliar tahun ke depan. Tetapi tentu saja manusia harus bijak mengelolanya. Jika tidak, maka tak perlu waktu selama itu untuk membuat bumi kehilangan daya dukungnya bagi kehidupan manusia.

Secara semesta, bagaimanakah unsur pendukung kehidupan di bumi dapat habis?

Coba lihat perhitungan sederhana berikut.
Seumur hidupnya, rerata seorang manusia akan menghabiskan zat sebanyak 250 gram x 50 tahun x 364 hari = 45.550.000 gram atau 45,55 ton zat. Jika saat ini ada 6 miliar jiwa penghuni bumi, maka dalam satu generasi akan habis 273,3 miliar ton zat. Yang kembali ke bumi dalam bentuk jasad manusia adalah 50 kg x 6 miliar = 300 miliar kilogram atau hanya 300 juta ton. Jadi, ada 273 miliar ton zat (unsur hara bumi) yang dihabiskan manusia dalam jangka waktu 50 tahun saja. Sebahagian zat itu berubah menjadi energi. Padahal belum ada metode yang bisa dilakukan untuk mengubah energi yang lepas ke angkasa, kembali menjadi zat. Kita tentu tahu ini cukup berkaitan dengan hukum kekekalan energi.

Untuk menghemat cadangan zat hara bumi, manusia harus menanam tanaman yang dapat menghasilkan pangan sekaligus juga menghasilkan bahan kebutuhan lainnya. Tanaman itu haruslah multi guna. Ada banyak bagiannya yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Dan tanaman aren adalah salah satunya.

Produk dari tanaman aren memang ada banyak. Dan nyaris semua bagiannya dapat dimanfaatkan untuk menunjang kebutuhan hidup manusia. Ada buahnya yang menjadi sumber bahan pangan sehat berbentuk kolang-kaling. Kulit buahnya bisa diolah menjadi pupuk kompos, atau dikeringkan menjadi bahan bakar alternatif. Tandan buahnya yang besarnya sedang dan lurus-lurus itu juga bisa menjadi substitusi bagi kayu bakar. Daunnya bisa menjadi pakan ternak. Pelepahnya bisa menjadi bahan bangunan sederhana. Batangnya juga sudah mulai diolah menjadi bahan perkayuan yang bermutu baik dan tahan lama. Akarnya merupakan salah satu bahan obat herbal. Dan tentu saja yang paling ajaib adalah niranya yang dapat diolah menjadi gula, minuman segar, ethanol dan methanol industri maupun alkohol farmasi.  Selain itu, masih ada kabung atau bagian dalam batang aren yang bisa menjadi bahan makanan tambahan untuk unggas.

Sungguh, sepohon aren adalah salah satu karunia Tuhan yang sangat bernilai bagi ummat. Adalah naif sekali jika kita masih terus mengabaikanya. 

    

Tabel Pemupukan Tanaman Aren











Keterangan : HGF-B = pupuk Borate.