Kunci sederhana menentukan jarak tanam tumbuhan adalah dengan mengukur lebar bentangan tajuk daun dikurangi 10 persen. Selain itu, diperhitungkan juga sifat-sifat organ produksi tanaman. Karena itulah aren jadi berbeda dengan kelapa sawit dalam masalah jarak tanam.
Sebagai contoh, jika sawit ditanam dengan jarak 4x4 meter, alamat ia
tidak akan berbuah. Kalau pun berbuah maka buahnya akan kecil-kecil karena
terjepit oleh pangkal pelepahnya yang tak bisa membuka.
Kalau aren ditanam dengan jarak serupa, maka aren tetap akan
menghasilkan tandan sadap yang mengeluarkan nira. Mengapa? Karena meskipun tandan
jantan aren itu keluarnya di celah pelepah juga, tapi bentuknya memanjang ke
bawah hingga tidak akan terjepit pangkal pelepah. Berbeda dengan tandan buah
sawit yang lengannya pendek dan buahnya berbentuk bulat besar.
Namun demikian, penanaman aren yang terlalu rapat juga
tidaklah baik. Selain akan terjadi perebutan unsur hara tanah, yang lebih berpengaruh
negatif adalah kurangnya intensitas cahaya matahari. Cahaya matahari yang minim
akan mengganggu proses fotosintesa pada daun. Jika proses foto sintesa
terganggu, maka pertumbuhan akan terganggu. Begitu juga dengan proses
pengubahan karbohidrat menjadi gula saat aren disadap.
Ada satu hal lain yang harus diperhitungkan saat akan
menentukan jarak tanam aren, yakni keberlanjutan produksi.
Sudah kita ketahui bersama bahwa aren memiliki masa panen
yang terbatas. Titik tumbuh tandan jantannya yang makin lama makin ke bawah itu
menyebabkan masa panen aren biasanya hanya sama panjang dengan masa tunggu
produksi. Pada kasus tanaman yang tumbuh rapat, masa panen lebih singkat lagi.
Ini disebabkan oleh karena: jika aren tumbuhnya rapat, maka biasanya jarak
antar pelepahnya menjadi semakin jauh. Jika pelepahnya jarang, maka otomatis
tandan sadapnya juga menjadi sedikit, karena tandan sadap keluar dari celah pelepah
atau celah bekas pelepah.
Untuik mengatasi lamanya masa tunggu produksi dan singkatnya
masa panen, dapat dilakukan sistim penanaman di bawah tanaman. Ini biasa
disebut dengan inter planting atau under planting.
Inter planting dimaksud adalah menanam tanaman baru sebelum
tanaman pertama ditumbang. Di sebut inter planting jika penanam tanaman kedua
dilakukan di dalam lorong tanaman lama. Dinamakan under planting jika penanaman
kedua dilakukan di dalam barisan tanaman lama.
Untuk kelapa sawit, inter planting dilakukan tiga tahun
sebelum penumbangan tanaman tua. Tetapi pada kebun kelapa sawit, inter planting
ini jarang dilakukan oleh perusahaan besar. Sebabnya sudah saya tuliskan.
Untuk aren, inter planting sebaiknya dilakukan 6-7 tahun sebelum
penumbangan tanaman tua. Dengan cara ini, maka masa tunggu panen kedua akan
bisa dipangkas menjadi hanya 2-3 tahun
saja. Patut dicatat, meski pada penanaman awal panen perdana adalah pada umur
7-8 tahun, panen kedua dan seterusnya akan terjadi pada umur 9-10 tahun.
Bagaimanapun, tanaman inter planting tidak akan mampu tumbuh secepat tanaman
yang tidak mengalami teduhan. Penambahan unsur hara sangat diperlukan untuk
mencegah tanaman kedua menjadi kerdil.
Karena mengadopsi kepentingan untuk melakukan inter planting
itu, maka kami menyarankan untuk menanam aren dengan jarak 5x6 meter bagi
pemilik lahan di bawah satu hektar, dan jarak tanam 5x7 meter untuk pemilik lahan lebih dari satu
hektar.
Sebenarnya, inter planting menjadi tak terlalu penting jika
ada kemungkinan untuk melakukan ekstensifikasi (penambahan luas lahan). Jika
tanaman aren satu hektar Anda sudah berproduksi selama 2 tahun, seharusnya
sudah ada dana untuk membeli lahan baru. Kita ketahui bahwa harga lahan kosong di
seputaran Riau, Jambi dan Sumsel (saat ini) hanya sekitar 25-40 juta rupiah
perhektarnya. Jika Anda sudah mengantongi uang setengah miliar rupiah, apa
susahnya menyisihkan sepersepuluhnya untuk pengadaan kebun aren baru.
Jika ada kemungkinan untuk ekstensifikasi, silahkan tanam
aren dengan jarak tanam 5x6 meter saja. Setelah panen dua tahun, beli lahan
baru, mobil baru, dan anu baru.