Kita adalah
manusia, mahkluk tercerdas yang pernah ada di muka bumi. Sepanjang sejarah,
manusia sudah membuat begitu banyak
perubahan pada satu-satunya planet yang bisa kita huni ini. God has created the
earth and then human has change it to a world. Dunia adalah bentuk baru dari
planet bumi. Sebuah ranah dimana manusia merasa lebih mmudah dan lebih nyaman
untuk menjalani hidup.
Beberapa
perubahan itu dilakukan dengan tanpa merusak bumi, namun sebagian besarnya
telah mendegradasi bumi hingga menjadi lebih labil. Polusi telah menghasilkan
lubang ozon yang besarnya sudah lebih besar dari benua Amerika, juga
menyebabakan perubahan iklim. Sementara itu, perusakan biota hijau telah
memperparah kualitas udara di bumi.
Ada banyak
pakar lingkungan yang percaya bahwa pemanasan global dipicu oleh ulah manusia, meski sebahagian
yang lain malah mengajukan issue pendinginan global.
Pada
dasarnya, kedua teori itu ada benarnya. Bumi menjadi semakin panas dalam kurun
waktu tertentu, lalu berubah menjadi lebih dingin pada kurun waktu yang lain.
Dan kedua gejala alam yang tak bersahabat ini memang punya benang merah dengan
segala aktivitas manusia selama berabad-abad. Utamanya sejak terjadinya
revolusi industri pada pertengahan abad ke delapan belas.
Jika kita
fokus pada rusaknya biota hijau di bumi, maka Indonesia adalah salah satu
negara yang mengalami hal itu secara masif dan dalam skala yang sangat besar.
Setiap tahunnya, ada jutaan hektar hutan di Indonesia yang dirusak oleh para
pemilik HPH yang serakah dan tidak punya visi lingkungan. Mudahnya izin, tanpa
pengawasan dan tindakan pembiaran dari pemerintah, tentu saja punya andil besar
dalam hal ini.
Di lain
sisi, jumlah penduduk Indonesia makin membengkak dari waktu ke waktu. Mulut
sebanyak 260 juta itu harus terus disuapi makanan agar bertahan hidup secara
wajar. Dan, tanah masih adalah satu-satunya media yang paling mudah ditanami
untuk mendapatkan sumber makanan buat manusia. Tanah Indonesia setidaknya harus
bisa menghasilkan 130 juta kilogram makanan setiap harinya agar orang Indonesia
tidak kelaparan.
Berkaca pada
dua hal tadi, rusaknya hutan dan besarnya kebutuhan akan pangan, harusnya dapat
dikelola dengan arif. Hutan yang sudah terlanjur rusak tadi bisa ditanami
dengan tanaman yang menghasilkan makanan sekaligus juga menghasilkan oksigen.
Dan, keberlanjutan sistem ini kiranya dapat menjamin terpenuhinya hajat hidup
orang banyak. Artinya, bumi harus dikelola sedemikian rupa hingga dapat
dipergunakan secara optimal, generasi ke generasi. Kita tidak boleh hidup nyaman sekarang, tetapi
mewariskan sebuah planet yang gersang bagi anak cucu di masa depan.
Sebagian
ahli mengatakan bahwa planet bumi masih aman untuk ditinggali manusai sampai
lima miliar tahun ke depan. Tetapi tentu saja manusia harus bijak mengelolanya.
Jika tidak, maka tak perlu waktu selama itu untuk membuat bumi kehilangan daya
dukungnya bagi kehidupan manusia.
Secara
semesta, bagaimanakah unsur pendukung kehidupan di bumi dapat habis?
Coba lihat
perhitungan sederhana berikut.
Seumur
hidupnya, rerata seorang manusia akan menghabiskan zat sebanyak 250 gram x 50
tahun x 364 hari = 45.550.000 gram atau 45,55 ton zat. Jika saat ini ada 6
miliar jiwa penghuni bumi, maka dalam satu generasi akan habis 273,3 miliar ton
zat. Yang kembali ke bumi dalam bentuk jasad manusia adalah 50 kg x 6 miliar =
300 miliar kilogram atau hanya 300 juta ton. Jadi, ada 273 miliar ton zat
(unsur hara bumi) yang dihabiskan manusia dalam jangka waktu 50 tahun saja.
Sebahagian zat itu berubah menjadi energi. Padahal belum ada metode yang bisa
dilakukan untuk mengubah energi yang lepas ke angkasa, kembali menjadi zat. Kita
tentu tahu ini cukup berkaitan dengan hukum kekekalan energi.
Untuk
menghemat cadangan zat hara bumi, manusia harus menanam tanaman yang dapat
menghasilkan pangan sekaligus juga menghasilkan bahan kebutuhan lainnya.
Tanaman itu haruslah multi guna. Ada banyak bagiannya yang dapat dimanfaatkan
oleh manusia. Dan tanaman aren adalah salah satunya.
Produk dari
tanaman aren memang ada banyak. Dan nyaris semua bagiannya dapat dimanfaatkan
untuk menunjang kebutuhan hidup manusia. Ada buahnya yang menjadi sumber bahan
pangan sehat berbentuk kolang-kaling. Kulit buahnya bisa diolah menjadi pupuk
kompos, atau dikeringkan menjadi bahan bakar alternatif. Tandan buahnya yang
besarnya sedang dan lurus-lurus itu juga bisa menjadi substitusi bagi kayu
bakar. Daunnya bisa menjadi pakan ternak. Pelepahnya bisa menjadi bahan
bangunan sederhana. Batangnya juga sudah mulai diolah menjadi bahan perkayuan
yang bermutu baik dan tahan lama. Akarnya merupakan salah satu bahan obat
herbal. Dan tentu saja yang paling ajaib adalah niranya yang dapat diolah
menjadi gula, minuman segar, ethanol dan methanol industri maupun alkohol
farmasi. Selain itu, masih ada kabung
atau bagian dalam batang aren yang bisa menjadi bahan makanan tambahan untuk
unggas.
Sungguh,
sepohon aren adalah salah satu karunia Tuhan yang sangat bernilai bagi ummat.
Adalah naif sekali jika kita masih terus mengabaikanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar