Mengurangi Angka Kemiskinan Dengan Pohon Aren
Oleh : Evi Indrawanto
Ada
yang bertanya, bagaimana potensi ekonomi tanaman aren di Indonesia?
Jawab saya: sangat besar! Ini bukanlah sekedar jawaban optimis tanpa
dasar alias OMDO ( omong doang). Mengingat tanaman ini sudah lama
dikenal masyarakat, tersebar hampir diseluruh dataran Indonesia dan
tidak memerlukan banyak perawatan, tidak begitu sulit dipahami bahwa
sesungguhnya aren berpotensi mengurangi jumlah kemiskinan ( poverty
alleviation) melalui optimalisasi pemanfaatan tanaman. Ini bisa
dilakukan dari tingkat rumah tangga petani.
Sangat menarik mempelajari potensi ekonomi tanaman ini, ia mirip pohon kelapa, setiap bagian dari pohonya sangat bermanfaat.
Contoh,
buah aren muda yang diproses melalui teknologi sederhana menghasilkan
buah kolang-kaling. Buah berwarna bening keputihan ini bisa diolah
menjadi aneka panganan ringan. Sebut saja manisan kolang-kaling.
Distribusinya selain di pasar-pasar tradisional, kolang-kaling sudah
lama menembus pasar swalayan. Dijual dalam kemasan menarik bahkan tak
jarang diberi bahan pewarna makanan untuk menarik perhatian calon
pembeli. Selain itu, temukan kolang kaling dalam es campur dan skoteng.
Iseng-iseng coba perhatikan setiap gerobak es campur di seluruh
Indonesia, dimanapun mereka berjualan, kolang-kaling tidak pernah
ketinggalan sebagai unsur pelengkap isi. Kolak kolang-kaling di bulan
puasa, dicampur sedikit santan dan gula aren, rasanya manis, legit dan
krenyes-krenyes kala dikunyah, penuh serat dan kaya nutrisi.
Lalu
ijuk pohon aren dipakai orang untuk membuat sapu, sikat, atap
cottages atau hiasan2 interior lainnya. Ijuk yang dipakai untuk
keperluan ini berasal dari pohon aren muda dan belum mengeluarkan bunga.
Tekstur ijuk dari pohon aren muda halus dan lentur. Sementara yang
berasal dari pohon tua, ijuknya kasar dan warna hitamnya tidak begitu
menarik.
Akar tanaman aren bisa dipakai untuk membuat
anyam-anyaman. Rendam lebih dahulu dalam air hingga kulitnya mengelupas
lalu dibelah-belah. Para sais delman jaman dahulu kala memanfaatkan akar
tanaman aren sebagai pecut kuda. Selain itu akar aren sering
dimanfaatkan masyarakat Indonesia sebagai obat tradisional penghancur
batu kandung kemih.
Daun mudanya digunakan kaum aki-aki
dipedesaan sebagai pembungkus tembakau. Namanya rokok kawung. Belum
lagi, lidi, pelepah dan batangnya sebagai penghasil tepung ( pati aren)
Terakhir adalah tandan bunga yang disadap niranya sebagai bahan baku GULA SEMUT atau PALM SUGAR.
Menurut
kajian BPPT Banten, dalam setahun setiap pohon aren bisa memproduksi
nira 300-400 liter / tandan bunga. Setiap tandan bunga mampu
menghasilkan nira 300-400 liter per musim bunga ( selama 3- 4 bulan).
Jadi dalam satu pohon aren mampu menghasilkan nira kurang lebih
900-1.600 liter / tahun. dan untuk setiap liter nira dapat di olah
menjadi sekitar 0.15 - 0.17 kg gula semut. Harga setiap kilogram gula
semut ditingkat kebutuhan industri pangan saat ini kurang lebih Rp.
9.000,-/ kg, untuk ekspor di pasar Swiss dan Eropa, tidak kurang dari
Rp. 30.000,-/kg. Sekalipun daya serap pasar retail lokal terhadap gula
semut belum tinggi, terkendala dengan harga yang lebih tinggi dari gula
pasir, diharapkan dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap
gula alami sebagai bahan pemanis, gula semut diharapkan mampu mengisi
celah ini.
Kita memiliki jutaan batang tanaman aren yang
tersebar dari Sabang- Merauke. Jika tanaman ini di kelola dengan layak,
potensi ekonominya sebagai upaya pengurangan penduduk miskin bukanlah
hal mustahil.
Sumber : http://arengasugar.multiply.com
(Artikel
ini ditulis oleh Ibu Evi Indrawanto, pemilik DIVA'S Maju Bersama, pada
April 2006. Tulisan ini masih sangat relevan untuk menjadi referensi
kita semua. Sukses Bu Evi!! Bisnis Aren dan Bisnis Aren Serta Bisnis
Aren dan seterusnya Bisnis Aren)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar