Minggu, 29 Desember 2013

Mengurangi Angka Kemiskinan Dengan Pohon Aren

Mengurangi Angka Kemiskinan Dengan Pohon Aren
Oleh : Evi Indrawanto
Ada yang bertanya, bagaimana potensi ekonomi tanaman aren di Indonesia? Jawab saya: sangat besar! Ini bukanlah sekedar jawaban optimis tanpa dasar alias OMDO ( omong doang). Mengingat tanaman ini sudah lama dikenal masyarakat, tersebar hampir diseluruh dataran Indonesia dan tidak memerlukan banyak perawatan, tidak begitu sulit dipahami bahwa sesungguhnya aren berpotensi mengurangi jumlah kemiskinan ( poverty alleviation) melalui optimalisasi pemanfaatan tanaman. Ini bisa dilakukan dari tingkat rumah tangga petani.

Sangat menarik mempelajari potensi ekonomi tanaman ini, ia mirip pohon kelapa, setiap bagian dari pohonya sangat bermanfaat.

Contoh, buah aren muda yang diproses melalui teknologi sederhana menghasilkan buah kolang-kaling. Buah berwarna bening keputihan ini bisa diolah menjadi aneka panganan ringan. Sebut saja manisan kolang-kaling. Distribusinya selain di pasar-pasar tradisional, kolang-kaling sudah lama menembus pasar swalayan. Dijual dalam kemasan menarik bahkan tak jarang diberi bahan pewarna makanan untuk menarik perhatian calon pembeli. Selain itu, temukan kolang kaling dalam es campur dan skoteng. Iseng-iseng coba perhatikan setiap gerobak es campur di seluruh Indonesia, dimanapun mereka berjualan, kolang-kaling tidak pernah ketinggalan sebagai unsur pelengkap isi. Kolak kolang-kaling di bulan puasa, dicampur sedikit santan dan gula aren, rasanya manis, legit dan krenyes-krenyes kala dikunyah, penuh serat dan kaya nutrisi.

Lalu ijuk pohon aren dipakai orang untuk membuat sapu, sikat, atap cottages atau hiasan2 interior lainnya. Ijuk yang dipakai untuk keperluan ini berasal dari pohon aren muda dan belum mengeluarkan bunga. Tekstur ijuk dari pohon aren muda halus dan lentur. Sementara yang berasal dari pohon tua, ijuknya kasar dan warna hitamnya tidak begitu menarik.

Akar tanaman aren bisa dipakai untuk membuat anyam-anyaman. Rendam lebih dahulu dalam air hingga kulitnya mengelupas lalu dibelah-belah. Para sais delman jaman dahulu kala memanfaatkan akar tanaman aren sebagai pecut kuda. Selain itu akar aren sering dimanfaatkan masyarakat Indonesia sebagai obat tradisional penghancur batu kandung kemih.

Daun mudanya digunakan kaum aki-aki dipedesaan sebagai pembungkus tembakau. Namanya rokok kawung. Belum lagi, lidi, pelepah dan batangnya sebagai penghasil tepung ( pati aren)

Terakhir adalah tandan bunga yang disadap niranya sebagai bahan baku GULA SEMUT atau PALM SUGAR.

Menurut kajian BPPT Banten, dalam setahun setiap pohon aren bisa memproduksi nira 300-400 liter / tandan bunga. Setiap tandan bunga mampu menghasilkan nira 300-400 liter per musim bunga ( selama 3- 4 bulan). Jadi dalam satu pohon aren mampu menghasilkan nira kurang lebih 900-1.600 liter / tahun. dan untuk setiap liter nira dapat di olah menjadi sekitar 0.15 - 0.17 kg gula semut. Harga setiap kilogram gula semut ditingkat kebutuhan industri pangan saat ini kurang lebih Rp. 9.000,-/ kg, untuk ekspor di pasar Swiss dan Eropa, tidak kurang dari Rp. 30.000,-/kg. Sekalipun daya serap pasar retail lokal terhadap gula semut belum tinggi, terkendala dengan harga yang lebih tinggi dari gula pasir, diharapkan dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap gula alami sebagai bahan pemanis, gula semut diharapkan mampu mengisi celah ini.

Kita memiliki jutaan batang tanaman aren yang tersebar dari Sabang- Merauke. Jika tanaman ini di kelola dengan layak, potensi ekonominya sebagai upaya pengurangan penduduk miskin bukanlah hal mustahil.
Sumber : http://arengasugar.multiply.com
(Artikel ini ditulis oleh Ibu Evi Indrawanto, pemilik DIVA'S Maju Bersama, pada April 2006.  Tulisan ini masih sangat relevan untuk menjadi referensi kita semua.  Sukses Bu Evi!! Bisnis Aren dan Bisnis Aren Serta Bisnis Aren dan seterusnya Bisnis Aren)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar